Mengecap Semangat Literasi Rumah Dunia
Ketika pesan whatsapp mbak Tias Tatanka dari Rumah Dunia (RD) mengabarkan tawaran beliau kepada kami untuk menginap di sana, diam-diam saya bersorak girang, itu artinya kesempatan untuk mengunjungi tempat geliat literasi produktif itu, akan segera terwujud. Tetapi, terminal Kampung Rambutan menyita waktu kami amat sangat banyak, bus nya ngetem ber jam-jam, prediksi waktu yang seharusnya bisa kami gunakan untuk berkeliling di Rumah Dunia telah tersita oleh malam yang mulai beranjak ke pukul sembilan WIB, suasana RD pun sudah sepi. Sangat disayangkan, padahal saya sudah menyiapkan setumpuk pertanyaan dan agenda kecil untuk berita ke Cendekia News dan oleh-oleh cerita literasi kepada anak-anak di Rumah Sekolah Cendekia begitu pulang. Tapi tak apa, kami masih punya waktu keesokannya meski mungkin tak sebanyak seperti hari ini, pikirku, karena kami harus segera melanjutkan perjalanan bersama Gong Traveling explore Singapore. Saya masih keukeh, sebab jelas berbeda mengetahui informasi sesuatu hanya melalui internet dengan melihat langsung dari dekat, transfer semangatnya tentu lebih berasa di dunia nyata ketimbang di dunia maya. Pagi hari Gol A Gong, “panglima” Rumah Dunia sudah terlihat memberi arahan kepada beberapa peserta Gong Traveling, exicited sekali rasanya melihat penulis serial Balada si Roy yang terkenal itu dan merupakan bacaan favorit kita berada di depan mata dan kita akan melakukan perjalanan dengannya. Tetapi melihat situasi pagi itu , tidak mungkin mewawancarai beliau atau relawan, semua sedang sibuk mempersiapkan trip. Akhirnya, saya dan bu Nana memutuskan untuk melihat-lihat di sekitar kompleks Rumah Dunia saja dulu. Kami akhirnya menyadari penampilan tempat ini sudah bercerita banyak. Sebuah TV jadul ukuran 14 Inc menyambut kami di pintu masuk perpustakaan, ada amphie mini melengkung di depannya, tempat kami sarapan, pagi itu. Persis di depannya ada benda berbentuk love ukuran besar di cat merah mirip yang ada di halaman mall central Singapore, bedanya di sini tidak ada gembok cinta bergelantungan. Setiap dinding di RD ini bercerita tentang buku, sastra, dan warna. Sederhana namun bersahaja. Identitas inilah yang pertama kali menyambut tetamu. Ada keunikan lain yang disajikan RD pada kami, pagi itu dengan mudah kami mendapatkan kuliner setempat, berbaur antri bersama warga lainnya membeli nasi uduk untuk sarapan pagi, lokasinya tidak jauh dari aula RD, bahkan hanya disekat oleh rerimbunan pepohonan. Inilah yang dimaksud oleh Gol A Gong, ketika pada akhirnya di Singapore kami berhasil mengobrol santai dengannya. Area Rumah Dunia tidak dipagari untuk menciptakan kedekatan dengan warga dan agar mereka pun lebih mudah ikut beraktifitas dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh RD. Selain itu salah satu peran aktif RD untuk menyebarkan semangat literasi khususnya pada warga di sekitar adalah memfasilitasi terbentuknya home library, warga yang berminat dan dianggap mampu mengelolanya diberikan buku-buku beserta raknya, ini sesuai filosofi RD, yaitu memindahkan dunia ke rumah melalui buku. Program lainnya juga banyak, diantaranya ada wisata baca, wisata dongeng, wisata gambar, story telling, yang waktunya disesuaikan agar tidak berbenturan dengan jadwal sekolah anak-anak. Tidak mudah membangun semua ini, kata Gol A Gong, tantangan terberat adalah membangun kepercayaan masyarakat, apalagi juga pembiayaan kegiatan didanai sepenuhnya oleh donasi dan bahkan pribadi tanpa bantuan pemerintah setempat. Tetapi dengan niat tulus, ketekunan dan kesabaran, Rumah Dunia sebagai madrasah kebudayaan dengan misi mencerdaskan dan membangun generasi muda yang kritis, dapat terus berjalan hingga hari ini.
Wiiih… seru ya kayaknya bisa tetanggaan dengan Rumah Dunia, kita bisa belajar banyak, yang pasti tempat ini surganya buku. Saat saya berada di sana, saya membayangkan bisa duduk di amphie nya, membaca sebuah buku, sambil menikmati segelas teh hangat dan disejukkan oleh semilir angin sore, hehehe….!
Ketika kami baru saja menyelesaikan makan siang di kawasan Orchard pada hari terakhir perjalanan bersama Gong Traveling di Singapore, Gol A Gong menitipkan pesan literasi kepada Rumah Sekolah Cendekia.
Changi, 26 Agustus 2016
(Ima/Cendekia News)
Komentar
Posting Komentar