Relokasi Makhluk Hidup

Di kelas 2 SD Cendekia, para siswa sedang belajar sains. Guru menggambar sketsa letak Indonesia di permukaan bumi, lengkap dengan benua-benua di dunia. Guru melengkapi penjelasan bahwa Indonesia terletak di garis khatulistiwa, sehingga memiliki keistimewaan antara lain :

  • Sepanjang tahun selalu ada matahari sebagai sumber energi  utama
  • kekayaan aneka macam flora dan fauna

Kepada siswa dijelaskan bahwa mahluk hidup diciptakan Tuhan saling tergantung  satu sama lain, sehingga di alam semesta, ada tanaman atau hewan tertentu yang diciptakan untuk menjadi makanan mahluk hidup lain, agar tetap hidup dan dapat berkembang biak. Berdasarkan jenis makanannya, mahluk hidup terbagi menjadi :

  1. mahluk hidup yang hanya memakan tumbuhan (herbivore)

  2. mahluk hidup yang hanya memakan hewan (carnivore)

  3. mahluk hidup yang bias memakan tumbuhan maupun hewan (omnivore)

Maka ruangan kelas kemudian ramai dengan suara siswa yang menyebutkan berbagai macam binatang dengan makanannya masing-masing.

“Ayam makan padi, jagung..”. “Tapi biasa juga saya lihat ayam makan belalang.”

“Sapi makan rumput…”; “Kuda makan rumput…”; “Gajah makan pohon-pohon.. bisa juga makan kacang bu..saya pernah lihat di kebun binatang.”

“Harimau makan rusa.. buaya juga bisa makan kuda bu.. ada di televisi saya pernah nonton.”

“Bu.. babi makan pizza..pernah juga saya liat di televisi.”

“Ada juga tumbuhan makan binatang.. kantong semar makan serangga kan Bu?”

Ternyata, pengetahuan siswa tentang mahluk hidup dan makanannya sangat banyak, luar biasa!

Nah, untuk membuat materi pelajaran mahluk hidup dan makanannya menjadi lebih hidup lagi di kelas, guru kemudian mengajak siswa untuk menempatkan sejumlah mahluk hidup dalam “hutan tertentu” agar mereka tidak saling makan memakan.

Dikisahkan, ada 18 jenis mahluk hidup yang akan ditempatkan pada 3 lokasi terpisah agar mereka tidak saling memakan dan dimakan satu sama lain. Syaratnya :

  1. Jumlah jenis mahluk hidup dalam setiap lokasi harus sama

  2. Setiap lokasi harus terdiri dari  hewan dan tumbuhan

  3. Hewan dan tumbuhan tersebut tidak boleh saling makan dan dimakan

  4. Semua hewan dan tumbuhan dalam keadaan hidup

18 mahluk hidup yang dimaksud adalah :

  1. Cacing                          10. Padi

  2. Tikus                            11. Rumput

  3. Monyet                         12.  Wortel

  4. Ayam                            13. Kelapa

  5. Kelinci                          14. Cemara

  6. Ikan                             15. Pisang

  7. Rusa                             16. Elang

  8. Harimau                        17. Jerapah

  9. Belalang                        18. Burung

18 nama mahluk hidup itu kemudian  dituliskan pada potongan karton berbeda dan mulailah siswa saling berdiskusi untuk menempatkan hewan dan tanaman dalam  3 area berbeda agar tidak saling memakan dan dimakan.

“Harimau tidak boleh dengan kelinci..nanti kelincinya dimakan,” sahut seorang anak.

“Ya..trus kelincinya juga tidak boleh bersama-sama wortel, karena kelinci makan wortel..” sahut anak lain. “Makan rumput juga..”

“Bu, apa kelinci bisa makan pisang?” Tanya salah seorang mereka kepada guru.  Belum sempat guru menjawab, sudah ditimpali anak lain “Tidak..kelinci tidak makan pisang, kelinci tidak tahu manjat.”

Maka pemandangan yang Nampak di ruang kelas adalah anak-anak yang sibuk bolak balik memindahkan karton bertuliskan nama hewan maupun tanaman dari satu area ke area lain.

“Bu..lihat.. area ini sudah aman.” Kata Akmal sambil memperlihatkan salah satu area yang berisi nama hewan dan tanaman yang tidak akan saling memakan dan dimakan. Semua siswa memperhatikan kembali mahluk hidup yang ada di area tersebut. Ada kelinci, ikan, monyet, rusa, ayam dan kelapa.

“Menurut yang lain bagaimana? Apakah semua binatang dan tanaman akan aman di area ini?”

Maka sepanjang jam pelajaran, anak-anak berdiskusi dengan sesamanya apakah binatang-binatang serta tanaman yang ada dalam sebuah area,  sambil bertanya bila meragukan pendapat teman. Sekali waktu, datang lagi Fadel meminta pendapat. “Bu, apakah ini sudah aman?” Dalam area yang diperlihatkannya, mahluk hidup yang ada adalah burung, kelinci, rusa, monyet, padi dan kelapa.

“Hmm, sepertinya belum aman nak..”

“Sudah bu.. tidak ada binatang disini yang makan padi dan kelapa.”

“Bagaimana dengan monyet?” Guru coba memancing sejauh mana pengetahuan siswa.

“Tidak.. monyet tidak makan padi.. dia juga tidak makan kelapa, cuma dipanjat karena disuruh tuannya ambilkan kelapa di pohon..”

“Terus, burung bagaimana?  Ingat, ada burung  yang  makanannya biji-bijian..”

“Bu, tapi ini burung yang tidak makan biji, dia makan buah..” Boleh juga alasannya, tapi guru masih berusaha menambah informasi untuk para siswa.

“Ada banyak macam burung, makanannya juga bermacam-macam. Ada yang makan biji, makan buah, minum madu, makan ikan atau makan binatang lain seperti elang atau burung hantu. Tapi karena disitu hanya disebut burung, maka maksudnya semua burung, kecuali elang.”

“Bu..burungnya masih kecil..belum bisa terbang..jadi tidak makan padi..” Ha..ha..

Aktifitas ini akhirnya diselingi istirahat sambil makan buah, nampaknya energy mereka untuk berfikir cukup terkuras.

“Ayo.. anak-anak boleh minta bantuan dari ibu guru.”

“Tidak..!” jawab sebagian besar dari mereka.

Setelah istirahat makan buah, mereka semua mulai lagi mencoba beberapa kombinasi.. dan tidak ada kata “menyerah”  untuk terus mencoba hingga akhirnya  waktu sholat Dhuhur  tiba.

“Ayo.. anak-anak bersiap sholat Dhuhur, area aman akan selesai setelah anak-anak sholat. Terima kasih telah berusaha menyelamatkan mahluk hidup..”

Waktu belajar usai, namun masih akan berlanjut pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, karena materi pelajaran memang belum tuntas. Area aman yang dimaksud, ketika setiap mahluk hidup tidak lagi saling memakan dan dimakan, boleh  selesai di atas kertas, namun siswa akan kembali mendiskusikannya, dengan memancing mereka dengan berbagai pertanyaan yang memacu siswa untuk berfikir.

  1. Apakah area aman tersebut bisa terjadi di alam sesungguhnya?

  2. Apa  yang akan terjadi bila area “aman” berhasil dibuat?

  3. Bagaimana cara hewan tersebut  makan, bila sumber makanannya habis?

  4. Apa yang harus dilakukan manusia sebagai mahluk yang diberi tugas memakmurkan  bumi?

Hmm…belajar sains, belajar tentang fenomena alam ciptaan Allah memang tidak ada habisnya. Dan semua menjadi menyenangkan ketika disajikan dengan  metode  yang menarik. Jadi, bila ada siswa yang berpendapat belajar sains itu sulit dan menakutkan, sepertinya   masalah ada pada guru yang belum menemukan cara yang sesuai bagi siswa, dan tugas guru yang baik adalah mencari cara yang tepat agar siswa bisa memahami materi yang disampaikan.

--(Bu Olle)--

Komentar

Posting Komentar