Langsung ke konten utama
Tenda-tenda tempat berjualan masih ramai. Di area pasar tradisional maupun pasar modern masih terdapat sejumlah barang yang belum terjual di pagi hari. Pasar sore belum lagi buka, karena para penjualnya (murid-murid SD) baru akan berjualan setelah menunaikan sholat Ashar berjamaah.
Fafa (PG) dan Najmah (TK Junior) sudah dijemput ayah dan bunda. Najmah yang sudah keluar lebih dahulu mengajak sang bunda berkeliling melihat area Pasar Cendekia, sementara ayah duduk di bawah kerindangan pohon angsana. Tak lama kemudian Fafa (2 tahun 5 bulan) pun keluar dansegera menghambur ke pelukan ayah yang menunggu di bawah pohon.
“Fafa beli apa?” begitu kira-kira sapaan Ayah pada Fafa. Pasar Cendekia berlangsung setiap semester, setiap anak mulai dari PG hingga SD boleh berbelanja dengan memilih dan membayar sendiri barang yang dibeli.
Bu Guru yang ikut mendengarkan lalu mengajak Fafa mengambil belanjaannya hari itu. Apa ya yang dibeli oleh Fafa?
Dengan dibantu Bu Guru dan Kakak Najmah, Fafa pun memperlihatkan barang yang dibelinya pada sang Ayah dengan wajah sumringah, penuh senyum dan mata berbinar senang. Sebuah mobil tank lengkap dengan 2 meriam yang terbuat dari kardus dengan 2 ban dari kaleng yang cukup besar pun diangkat berdua ke hadapan Ayah (Fafa bahkan tidak bisa membawanya, karena cukup besar buatnya).
Melihat belanjaan Fafa, Ayah pun tertawa terbahak-bahak… Sebuah tawa lepas yang mengundang perhatian hampir semua guru dan orangtua yang telah berada di area pasar.
“Wah… anakku beli mobil…”
Sambil tetap tertawa, Ayah pun memeluk Fafa sampil mencium dahinya. Mendapat perlakuan demikian Fafa pun tampak bahagia dan asyik memainkan mobil yang telah dibelinya.
Jika setiap orangtua dapat menghargai pilihan anak, maka sesungguhnya mereka sedang menyemaikan bibit “percaya diri” dalam diri anak dan kelak anak akan tumbuh menjadi pribadi yang juga akan menghargai orang lain.
--Bu Olle--
Komentar
Posting Komentar